Kisah Polisi yang Mengajar Anak-anak Membaca di Lereng Gunung Sunda

Anggota Kepolisian Sektor Cisaat, Polres Sukabumi Kota, Jawa Barat, Brigadir Puja Rama Dwi Putra menjadi salah satu pengajar di sebuah taman baca masyarakat (TBM). Menurut penjelasannya, hal itu dilakukan sebagai Bayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkantibmas) di wilayah tugasnya.


"Aktivitas ini mulai saya jalani ketika mutasi tugas yang sebelumnya di Desa Cisaat dipindah ke Desa Pada Asih. Seperti biasa, yang saya lakukan adalah mengenali segala aspek yang ada di sana, ditemani kepala dusun setempat bernama Regita," tutur Puja.

TBM bernama Cerdikia Insani itu terletak di Lereng Gunung Sunda, Kampung Pangkalan, Desa Pada Asih, Kecamatan Cisaat. TBM itu didirikan oleh Regita bersama rekan-rekannya. Puja, yang saat itu berkunjung di TBM, mengungkapkan keinginannya menjadi pembimbing di tempat tersebut. Keinginannya itu disetujui Regita sebagai kepala dusun.

"Yang menarik untuk saya adalah di tempat itu lingkungannya masih alami. Anak-anak bermain dengan membaca dari buku yang disediakan taman baca tersebut, tanpa fasilitas mainan modern, tanpa handphone, tanpa gadget, dan tanpa peralatan modern lainnya. Mereka terlihat bahagia hanya dengan menemukan cerita-cerita di buku yang ada di tempat itu," lanjut Puja.


Kegiatan anak-anak biasanya dilakukan saat hari libur atau sore hari di TBM yang berbentuk seperti kios berukuran sekitar 1,5 meter persegi itu. Dari penjelasan Puja, anak yang sudah bisa membaca akan ditugasi menceritakan apa yang dibaca kepada temannya yang belum bisa membaca.

"Sepulang dari sana, saya berinisiatif mengumpulkan buku-buku favorit saya semasa sekolah dulu, mulai dari komik, biografi, semua buku itu saya kumpulkan agar lebih variatif. Tak sampai di situ, saya juga menghubungi teman-teman di tempat saya bertugas untuk membantu mengumpulkan buku-buku bacaan yang sudah tidak terpakai. Setelah terkumpul, saya menyumbangkan buku-buku itu ke taman baca," ujar Puja. 

Puja menggunakan seragam kepolisian saat mengajar. Menurutnya, hal itu untuk menanamkan kepercayaan dan gambaran bahwa polisi tidak menyeramkan dan bisa bersahabat.

"Saya membaca dan menceritakan buku yang berisi si jahat dan si baik dan cerita-cerita inspiratif, kemudian saya sisipi tentang apa itu taat kepada hukum," ungkapnya. 

Sementara itu, Regita menyebut TBM itu awalnya untuk menjaga kealamian lingkungan sekitar dengan harapan bisa dibuat semacam Kampung Budaya. Namun keinginan itu belum kesampaian karena keterbatasan biaya. Karena itu, untuk sementara, dia lebih dulu mendirikan taman bacaan.


"Keinginan ini saya awali dengan menyapa dengan pendidikannya lebih dulu. Saya dan teman-teman lalu membuat taman bacaan, kemudian sekolah taman kanak-kanak (TK). Kita awali dengan membuat masyarakatnya lebih dulu berbudaya. Setiap akhir pekan, ada 60 anak, dari usia 3 tahun sampai 9 tahun yang berkumpul disini. Saya latih mereka dengan membaca, kemudian menerangkan apa yang dia baca kepada temannya," terang Regita.

Regita turut bersyukur ada anggota kepolisian yang membantu sebagai pengajar di TBM. Dia menuturkan Puja hadir tiap satu atau dua minggu sekali.

"Saat ini ada sekitar 300 buku di TBM. Brigadir Puja mengajar kadang satu minggu sekali atau dua minggu sekali. Awalnya dia tertarik dengan kealamian lingkungan dan penduduknya. Sampai sekarang beliau rutin jadi pengajar di sini," pungkas Regita. 

0 Response to "Kisah Polisi yang Mengajar Anak-anak Membaca di Lereng Gunung Sunda"

Posting Komentar